Wahai Saudaraku yang dikasihi Allah.
Perjalanan dakwah yang kita lalui ini bukanlah perjalanan yang banyak
ditaburi kegemerlapan dan kesenangan. Ia merupakan perjalanan panjang
yang penuh tantangan dan rintangan berat.
Telah banyak sejarah orang-orang terdahulu sebelum kita yang
merasakan manis getirnya perjalanan dakwah ini.
pula yang harus berpisah kaum kerabatnya.
kampung halamannya. Dan sederetan kisah perjuangan lainnya yang telah
mengukir bukti dari pengorbanannya dalam jalan dakwah ini. Mereka
telah merasakan dan sekaligus membuktikan cinta dan kesetiaan
terhadap dakwah.
Cubalah kita tengok kisah Dzatur Riqa' yang dialami sahabat Abu Musa
Al Asy'ari dan para sahabat lainnya –semoga Allah swt. meridhai
mereka. Mereka telah merasakannya hingga kaki-kaki mereka robek dan
kuku tercopot. Namun mereka tetap mengarungi perjalanan itu tanpa
mengeluh sedikitpun. Bahkan, mereka malu untuk menceritakannya karena
keikhlasan dalam perjuangan ini. Keikhlasan membuat mereka gigih
dalam pengorbanan dan menjadi tinta emas sejarah umat dakwah ini.
Buat selamanya.
Pengorbanan yang telah mereka berikan dalam perjalanan dakwah ini
menjadi suri teladan bagi kita sekalian. Karena kontribusi yang telah
mereka sumbangkan untuk dakwah ini tumbuh bersemi. Dan, kita pun
dapat memanen hasilnya dengan gemilang. Kawasan Islam telah tersebar
ke seluruh pelosok dunia. Umat Islam telah mengalami populasi dalam
jumlah besar. Semua itu karunia yang Allah swt. berikan melalui
kesungguhan dan kesetiaan para pendahulu dakwah ini. Semoga Allah
meridhai mereka.
Duhai saudaraku yang dirahmati Allah swt.
Renungkanlah pengalaman mereka sebagaimana yang difirmankan Allah
swt. dalam
"Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah
diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka
mengikutimu. Tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh
mereka, mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah, "Jika kami sanggup
tentulah kami berangkat bersama-samamu. " Mereka membinasakan diri
mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-
benar orang-orang yang berdusta."
Mereka juga telah melihat siapa-siapa yang dapat bertahan dalam
mengarungi perjalanan yang berat itu. Hanya kesetiaanlah yang dapat
mengokohkan perjalanan dakwah ini. Kesetiaan yang menjadikan
pemiliknya sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian. Menjadikan mereka
optimis menghadapi kesulitan dan siap berkorban untuk meraih
kesuksesan. Kesetiaan yang menghantarkan jiwa-jiwa patriotik untuk
berada pada barisan terdepan dalam perjuangan ini. Kesetiaan yang
membuat pelakunya berbahagia dan sangat menikmati beban hidupnya.
Setia dalam kesempitan dan kesukaran. Demikian pula setia dalam
kelapangan dan kemudahan.
Saudaraku seperjuangan yang dikasihi Allah swt.
Sebaliknya orang-orang yang rentan jiwanya dalam perjuangan ini tidak
akan dapat bertahan lama. Mereka mengeluh atas beratnya perjalanan
yang mereka tempuh. Mereka pun menolak untuk menunaikannya dengan
berbagai macam alasan agar mereka diizinkan untuk tidak ikut. Mereka
pun berat hati berada dalam perjuangan ini dan akhirnya berguguran
satu per satu sebelum mereka sampai pada tujuan perjuangan.
Penyakit wahan telah menyerang mental mereka yang rapuh sehingga
mereka tidak dapat menerima kenyataan pahit sebagai risiko dan sunnah
dakwah ini. Malah mereka menggugatnya lantaran anggapan mereka bahwa
perjuangan dakwah tidaklah harus mengalami kesulitan.
"Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang
yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka
ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.
Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan
untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan
mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada
mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu."
(At-Taubah: 45-46)
Kesetiaan yang ada pada mereka merupakan indikasi kuat daya tahannya
yang tangguh dalam dakwah ini. Sikap ini membuat mereka bersedia
menjalankan tugas yang terpikul di pundaknya. Mereka pun dapat
menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Bila ditugaskan sebagai
prajurit terdepan dengan segala akibat yang akan dihadapinya, ia
senantiasa berada pada posnya tanpa ingin meninggalkannya sekejap
pun. Atau bila ditempatkan pada bagian belakang, ia akan berada pada
tempatnya tanpa berpindah-pindah. Sebagaimana yang disebutkan
Rasulullah saw. dalam beberapa riwayat tentang prajurit yang baik.
Wahai Saudaraku yang dirahmati Allah.
Marilah kita telusuri perjalanan dakwah Abdul Fattah Abu Ismail,
salah seorang murid Imam Hasan Al Banna yang selalu menjalankan tugas
dakwahnya tanpa keluhan sedikitpun. Dialah yang disebutkan Hasan Al
Banna orang yang sepulang dari tempatnya bekerja sudah berada di
lain untuk memberikan ceramah kemudian berpindah tempat lagi untuk
mengisi pengajian dari waktu ke waktu secara maraton. Ia selalu
berpindah-pindah dari satu
dakwah. Sesudah menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya, ia merupakan
orang yang pertama kali datang ke tempatnya bekerja. Malah, ia yang
membukakan pintu gerbangnya. Pernah ia mengalami keletihan hingga
tertidur di sofa rumah Zainab Al-Ghazali. Melihat kondisi tubuhnya
yang lelah dan penat itu, tuan rumah membiarkan tamunya tertidur
sampai bangun. Setelah menyampaikan amanah untuk Zainab Al Ghazali,
Abdul Fattah Abu Ismail pamit untuk ke
yang dialaminya, Zainab Al Ghazali memberikan ongkos untuk naik
taksi. Abdul Fattah Abu Ismail mengembalikannya sambil
mengatakan, "Dakwah ini tidak akan dapat dipikul oleh orang-orang
yang manja." Zainab pun menjawab, "Saya sering ke mana-mana dengan
taksi dan mobil-mobil mewah, tapi saya tetap dapat memikul dakwah ini
dan saya pun tidak menjadi orang yang manja terhadap dakwah. Karena
itu, pakailah ongkos ini, tubuhmu letih dan engkau memerlukan
istirahat sejenak." Ia pun menjawab, "Berbahagialah ibu. Ibu telah
berhasil menghadapi ujian Allah swt. berupa kenikmatan-kenikmat an
itu. Namun, saya khawatir saya tidak dapat menghadapinya sebagaimana
sikap ibu. Terima kasih atas kebaikan ibu. Biarlah saya naik
kendaraan umum saja."
Duhai saudaraku yang dimuliakan Allah swt.
Itulah contoh orang yang telah membuktikan kesetiaannya pada dakwah
lantaran keyakinannya terhadap janji-janji Allah swt. Janji yang
tidak akan pernah dipungkiri sedikit pun. Allah swt. telah banyak
memberikan janji-Nya pada orang-orang yang beriman yang setia pada
jalan dakwah berupa berbagai anugerah-Nya. Sebagaimana yang terdapat
dalam Al-Qur'an.
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah,
niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala
kesalahan-kesalahan mu dan mengampuni (dosa-dosa)- mu. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar." (Al-Anfal: 29)
Dengan janji Allah swt. tersebut, orang-orang beriman tetap bertahan
mengarungi jalan dakwah ini. Dan mereka pun tahu bahwa perjuangan
yang berat itu sebagai kunci untuk mendapatkannya. Semakin berat
perjuangan ini semakin besar janji yang diberikan Allah swt.
kepadanya. Kesetiaan yang bersemayam dalam diri mereka itulah yang
membuat mereka tidak akan pernah menyalahi janji-Nya. Dan, mereka pun
tidak akan pernah mau merubah janji kepada-Nya.
"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa
yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada
yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan
mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya)."
(Al Ahzab: 23)
Wahai ikhwah kekasih Allah swt.
Pernah seorang pejuang Palestina yang telah berlama-lama meninggalkan
kampung halaman dan keluarganya untuk membuat mencari dukungan dunia
dan dana diwawancarai. "Apa yang membuat Anda dapat berlama-lama
meninggalkan keluarga dan kampung halaman?" Jawabnya, karena
perjuangan. Dan, dengan perjuangan itu kemuliaan hidup mereka lebih
berarti untuk masa depan bangsa dan tanah airnya. "Kalau bukan karena
dakwah dan perjuangan, kami pun mungkin tidak akan dapat bertahan,"
ungkapnya lirih.
Wahai saudaraku seiman dan seperjuangan
Aktivis dakwah sangat menyakini bahwa kesabaran yang ada pada
dirinyalah yang membuat mereka kuat menghadapi berbagai rintangan
dakwah. Bila dibandingkan apa yang kita lakukan serta yang kita
dapatkan sebagai risiko perjuangan di hari ini dengan keadaan orang-
orang terdahulu dalam perjalanan dakwah ini, belumlah seberapa.
Pengorbanan kita di hari ini masih sebatas pengorbanan waktu untuk
dakwah. Pengorbanan tenaga dalam amal khairiyah untuk kepentingan
dakwah. Pengorbanan sebagian kecil dari harta kita yang banyak. Dan
bentuk pengorbanan ecek-ecek lainnya yang telah kita lakukan. Coba
lihatlah pengorbanan orang-orang terdahulu, ada yang disisir dengan
sisir besi, ada yang digergaji, ada yang diikat dengan empat ekor
kuda yang berlawanan arah, lalu kuda itu dipukul untuk lari sekencang-
kencangnya hingga robeklah orang itu.
tungku yang berisi minyak panas. Mereka dapat menerima resiko karena
kesabaran yang ada pada dirinya.
Kesabaran adalah kuda-kuda pertahanan orang-orang beriman dalam
meniti perjalanan ini. Bekal kesabaran mereka tidak pernah berkurang
sedikit pun karena keikhlasan dan kesetiaan mereka pada Allah swt.
"Dan berapa ramai nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah
besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah
karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan
tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang
sabar." (Ali Imran: 146)
Bila kita memandang kehidupan generasi pilihan, kita akan temukan
kisah-kisah brilian yang telah menyuburkan dakwah ini. Muncullah
pertanyaan besar yang harus kita tujukan pada diri kita saat ini.
Apakah kita dapat menyemai dakwah ini menjadi subur dengan perjuangan
yang kita lakukan sekarang ini ataukah kita akan menjadi generasi
yang hilang dalam sejarah dakwah ini.
Ingat, dakwah ini tidak akan pernah dapat dipikul oleh orang-orang
yang manja. Militansi aktivis dakah merupakan kendaraan yang akan
menghantarkan kepada kesuksesan. Semoga Allah menghimpun kita dalam
kebaikan. Wallahu'alam.